FEMINISME DALAM PUISI PEREMPUAN-PEREMPUAN PERKASA KARYA HARTOYO ANDANGJAYA
Musalmah
Miftachurizqi (092110176-VIE)
Kita dipaksa “meng-iya-kan” sesuatu atas adanya
kuasa atau power kuasa bergerak dalam relasi-relasi dan efek kuasa didasarkan
bukan oleh orang yang dipaksa meng “iya”kan keinginan orang lain, tapi
dirasakan melalui ditentukannya pikiran dan tingkah laku. Dan hal ini mengarah
bahwa individu merupakan efek dari kuasa. (Naffine)
Di
Indonesia feminisme sedang berkembang dibicarakan. Feminisme sejatinya adalah
emansipasi yang memberikan kebebasan terhadap wanita untuk melakukan apa pun
yang menjadi kebebasannya.
Tidak dipungkiri kehadiran kaum perempuan
telah memberikan warna tersendiri bagi dinamika kehidupan itu sendiri, kendati
sumbangsih mereka lebih sering diklaim tidak sedasyat dengan apa yang telah
diraih kaum laki-laki. Dalam masa modern masih ada pihak ataupun perlakuan yang menempatkan
kaum perempuan hanya sekedar sebagai pelengkap kalau enggan disebut sebagai
masyarakat kelas dua.
Di awal abad modern, citra dan kedudukan
perempuan tidak pernah dianggap setara dengan laki-laki. Perempuan disamakan
dengan budak dan anak-anak, dianggap lemah fisik ataupun akalnya. Paderi-paderi
gereja menuding perempuan sebagai pembawa sial dan sumber malapetaka, penyebab
kejatuhan Adam dari surga.
Senada dengan itu, J. J. Rousseau
menggambarkan perempuan sebagai makhluk yang tolol, sembrono dan dilahirkan
untuk melengkapi laki-laki . Termasuk Declaration
of the Right of Man and of the Citizen yang menjelaskan tentang kewarganegaraan
Perancis pasca revolusi 1789, ditengarai gagal memberikan status yang sah
terhadap perempuan.
Puisi Perempuan-perempuan
Perkasa karya Hartoyo Andangjaya memperlihatkan pada kita pola pikir yang
menyatakan bahwa peran wanita hanya sebatas dapur, sumur, kasur, mengurus
keluarga adalah kurang tepat adanya.
Bammelen (2002) juga menyatakan ada beberapa ciri gender yang diletakkan
oleh masyarakat pada pria dan wanita. Wanita memiliki ciri-ciri lemah, halus
atau lembut, emosional. Pria memiliki ciri-ciri kuat, kasar, rasional. Dalam
aplikasinya peran wanita sesuai gender adalah ibu rumah tangga yang berfungsi
sebagai tenaga kerja domestik yang mengurusi rumah tangga. Pria secara otomatis
akan berperan sebagai kepala rumah tangga yang menjadi tenaga kerja publik
sebagai pencari nafkah.
Melalui penyimbolan, puisi ini mengajak kita
untuk meneropong ketimpangan sosial yang ada antara laki-laki dan perempuan. Ketimpangan
itu nampaknya ditepis dengan bait-bait puisi berikut:
Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul
di pagi buta, dari manakah mereka
Ke stasiun mereka datang dari bukit-bukit desa
Sebelum peluit kereta api terjaga
Sebelum hari bermula pada pesta kerja
Perkasa merupakan
kata yang mampu memberikan gambaran kepada kita bahwa perempuan bukanlah kaum
lemah, tetapi mereka juga bisa berdiri dengan kaki mereka. Berangkat pagi dari
desa mereka untuk menjajakan jualannya.
Perempuan –perempuan perkasa yang membawa
bakul dalam kereta, ke manakah mereka
Di atas roda-roda baja mereka berkendara
Mereka berlomba dengan surya menuju gerbang
kota
Merebut hidup di pasar-pasar kota
Perempuan-perempuan itu menggunakan kereta
untuk sampai ke pasar. Mereka tidak ingin terlambat dalam menjajakan jualannya
itu.
Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul
di pagi buta, siapakah mereka
Mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan
perkasa
Akar-akar yang melata dari perbukitan turun ke
kota
Mereka: cinta kasih yang bergerak desa demi
desa
Mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan
perkasa. Jelaslah itu merupakan penunjukkan eksistensi wanita dalam
kehidupan.
Nilai positif yang dapat diraih dari bait-bait
puisi ini adalah jangan memandang setengah mata terhadap perempuan dan jangan
berani terhadap perempuan. Nilai semacam ini yang harusnya disampaikan pendidik
untuk memperbaiki moral anak bangsa. Dengan menilik realita, banyak anak di
zaman sekarang ini yang berani terhadap ibunya.
Peran perempuan di dalam rumah juga tidak luput
dari mereka perempuan-perempuan perkasa.
Mengurus rumah tangga sama merepotkannya seperti kaum laki-laki yang bekerja
kantoran. Bahkan, jika dilihat secara mendetail tugas perempuan sangat berat.
Kiranya kita patut memberi acungan jempol kepada mereka. Tidak salah jika
sebagian dari kita mengatakan bahwa kesuksesan kaum laki-laki tidak terlepas
dari perempuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar