Rabu, 05 September 2012

PEREMPUAN-PEREMPUAN PERKASA


FEMINISME DALAM PUISI PEREMPUAN-PEREMPUAN PERKASA  KARYA HARTOYO ANDANGJAYA
Musalmah Miftachurizqi (092110176-VIE)

Kita dipaksa “meng-iya-kan” sesuatu atas adanya kuasa atau power kuasa bergerak dalam relasi-relasi dan efek kuasa didasarkan bukan oleh orang yang dipaksa meng “iya”kan keinginan orang lain, tapi dirasakan melalui ditentukannya pikiran dan tingkah laku. Dan hal ini mengarah bahwa individu merupakan efek dari kuasa. (Naffine)

Di Indonesia feminisme sedang berkembang dibicarakan. Feminisme sejatinya adalah emansipasi yang memberikan kebebasan terhadap wanita untuk melakukan apa pun yang menjadi kebebasannya.
Tidak dipungkiri kehadiran kaum perempuan telah memberikan warna tersendiri bagi dinamika kehidupan itu sendiri, kendati sumbangsih mereka lebih sering diklaim tidak sedasyat dengan apa yang telah diraih kaum laki-laki. Dalam masa modern masih ada pihak ataupun perlakuan yang menempatkan kaum perempuan hanya sekedar sebagai pelengkap kalau enggan disebut sebagai masyarakat kelas dua.
Di awal abad modern, citra dan kedudukan perempuan tidak pernah dianggap setara dengan laki-laki. Perempuan disamakan dengan budak dan anak-anak, dianggap lemah fisik ataupun akalnya. Paderi-paderi gereja menuding perempuan sebagai pembawa sial dan sumber malapetaka, penyebab kejatuhan Adam dari surga.
Senada dengan itu, J. J. Rousseau menggambarkan perempuan sebagai makhluk yang tolol, sembrono dan dilahirkan untuk melengkapi laki-laki . Termasuk Declaration of the Right of Man and of the Citizen yang menjelaskan tentang kewarganegaraan Perancis pasca revolusi 1789, ditengarai gagal memberikan status yang sah terhadap perempuan.
Puisi Perempuan-perempuan Perkasa karya Hartoyo Andangjaya memperlihatkan pada kita pola pikir yang menyatakan bahwa peran wanita hanya sebatas dapur, sumur, kasur, mengurus keluarga adalah kurang tepat adanya.  Bammelen (2002) juga menyatakan ada beberapa ciri gender yang diletakkan oleh masyarakat pada pria dan wanita. Wanita memiliki ciri-ciri lemah, halus atau lembut, emosional. Pria memiliki ciri-ciri kuat, kasar, rasional. Dalam aplikasinya peran wanita sesuai gender adalah ibu rumah tangga yang berfungsi sebagai tenaga kerja domestik yang mengurusi rumah tangga. Pria secara otomatis akan berperan sebagai kepala rumah tangga yang menjadi tenaga kerja publik sebagai pencari nafkah.
Melalui penyimbolan, puisi ini mengajak kita untuk meneropong ketimpangan sosial yang ada antara laki-laki dan perempuan. Ketimpangan itu nampaknya ditepis dengan bait-bait puisi berikut:
Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta, dari manakah  mereka
Ke stasiun mereka datang dari bukit-bukit desa
Sebelum peluit kereta api terjaga
Sebelum hari bermula pada pesta kerja
Perkasa merupakan kata yang mampu memberikan gambaran kepada kita bahwa perempuan bukanlah kaum lemah, tetapi mereka juga bisa berdiri dengan kaki mereka. Berangkat pagi dari desa mereka untuk menjajakan jualannya.
Perempuan –perempuan perkasa yang membawa bakul dalam kereta, ke manakah mereka
Di atas roda-roda baja mereka berkendara
Mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota
Merebut hidup di pasar-pasar kota
Perempuan-perempuan itu menggunakan kereta untuk sampai ke pasar. Mereka tidak ingin terlambat dalam menjajakan jualannya itu.
Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta, siapakah mereka
Mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan perkasa
Akar-akar yang melata dari perbukitan turun ke kota
Mereka: cinta kasih yang bergerak desa demi desa
Mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa. Jelaslah itu merupakan penunjukkan eksistensi wanita dalam kehidupan.

Nilai positif yang dapat diraih dari bait-bait puisi ini adalah jangan memandang setengah mata terhadap perempuan dan jangan berani terhadap perempuan. Nilai semacam ini yang harusnya disampaikan pendidik untuk memperbaiki moral anak bangsa. Dengan menilik realita, banyak anak di zaman sekarang ini yang berani terhadap ibunya.
Peran perempuan di dalam rumah juga tidak luput dari mereka perempuan-perempuan perkasa. Mengurus rumah tangga sama merepotkannya seperti kaum laki-laki yang bekerja kantoran. Bahkan, jika dilihat secara mendetail tugas perempuan sangat berat. Kiranya kita patut memberi acungan jempol kepada mereka. Tidak salah jika sebagian dari kita mengatakan bahwa kesuksesan kaum laki-laki tidak terlepas dari perempuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar